Apa sih yang
kalian pikirkan ketika mendengar kata ‘cantik’?
Putih?
Langsing? Mulus? Rambut lurus? Atau kaki jenjang?
Seringkali
seseorang merasa minder merasa kurang percaya diri ketika mendapati dirinya
tidak seperti ciri-ciri yang saya sebutkan tadi, putih, langsing, mulus atau
yang lain. Seringkali seseorang merasa ‘Ah saya gemuk badanku tidak ideal,
siapa juga yang bakalan mau dengan saya’. Seringkali saya mendapati keluhan
‘Saya ini tidak putih, badanku juga tidak tinggi, mukaku juga pas-pasan. Tidak
seperti dia yang mukanya mulus seperti orang Korea.’
Please stop
berpikiran negatif seperti itu. Berhenti membandingkan diri kita dengan orang
lain. Bukankah setiap orang mempunyai kelebihan dan kelemahan masing- masing? Hidup
ini bukan hanya tentang lebih cantik si A atau lebih cantik si B, lebih
langsing si A atau lebih langsing si B. Hidup ini bukan soal kecantikan fisik,
kesempurnaan rupa atau kemolekan tubuh. Bukan.
Saya tidak
memungkiri ketika seseorang ‘merasa’ dirinya cantik atau memang dipuji karena
kecantikannya dia akan jauh lebih percaya diri. Karena apa? Judgement dari masyarakat memang
berpengaruh pada kondisi psikologis kita. Perlu diingat, kebahagiaan kita bukan
diukur dari penilaian orang lain terhadap diri kita, namun kebahagiaan itu
datang dari dalam diri kita sendiri.
Saya pun
pernah mengalami masa-masa ‘Kok saya gini amat yaa. Engga seperti mbaknya yang
tinggi, mukanya mulus, putih, langsing dan blablablaaa.’ Tetapi setelah saya
pikir-pikir dan renungkan, tidak ada gunanya saya membandingkan diri saya
dengan orang lain hanya karena kecantikan fisiknya. Saya jauh merasa beruntung
ketika mendapati banyak orang diluar sana yang (maaf) terlahir tidak sempurna
tapi mereka tetap bisa tersenyum bahagia. Mengapa saya yang diberi fisik
lengkap justru mengeluh karena sibuk membandingkan diri saya dengan orang lain.
Dulu ketika
masa remaja saya berpikiran kalau lelaki ‘memacari’ perempuan karena si
perempuan itu memang cantik. Faktor utama lelaki melirik perempuan ya karena
penampilannya yang menarik. Tapi setelah kesini usia semakin dewasa, saya
justru mendapati bahwa kecantikan bukan hal yang mendasar yang dicari para
lelaki. Memang tidak munafik kalau penampilan adalah hal pertama yang dilihat,
tapi bukan menjadi hal yang utama.
Saya juga
pernah waktu itu membandingkan diri saya dengan perempuan lain yang tak lain
dan tak bukan yaitu mantan pacar
saya. ‘Aduh kok mantannya dia cakep amat yaak, kok bisa bening gitu. Nah gue
kek gini. Gimana ntar yaa jangan-jangan dia ga sesayang kek sama mantannya dulu
yang cakep. Aduh ntar pasti temen-temen dia keluarga dia ngebandingin gue sama
mantannya.’ Dan pikiran-pikiran negatif lainnya selalu menghantui saya. Balik
lagi seiring bertambahnya umur bertambahnya kedewasaan, saya meyakini jika
pasangan saya memang benar tulus mencintai saya, pasti dia akan menerima segala
kurang dan lebih saya. Mungkin memang saya tidak secantik mantannya dia secara fisik. Justru hal inilah yang membuat saya
bersemangat untuk memperbaiki diri saya dari segi yang lain. Mungkin mantannya yang dulu cantik tapi mungkin
juga dia kurang sabar, kurang perhatian atau yang lain. Nah saya akan
memperbaiki diri saya untuk bisa menjadi orang yang lebih sabar, lebih care, lebih bisa menghargai dia, lebih
sopan dan hal-hal baik lainnya.
Hal ini bukan
semata-mata untuk menarik perhatian dari si dia,
tapi memang kita perlu dan wajib untuk terus belajar dan memperbaiki diri kita.
Percayalah jika hati kita baik hati kita bersih InsyaaAllah hal-hal yang baik
akan dengan sendirinya menghampiri kita.
Menjadi cantik
memang dambaan bagi para perempuan. Tapi tolong diingat kebahagiaan bukan hanya
diukur dari penampilan fisik semata. Kita harus bisa mengimbanginya dengan
kecantikan hati. Toh di zaman seperti sekarang ini untuk menjadi cantik bukan
hal yang susah. Banyak bertebaran salon kecantikan, klinik kecantikan, dan
dokter- dokter bedah yang bisa memoles wajah kita tubuh kita seperti yang kita
harapkan. Namun apakah kecantikan hati ada kliniknya? Atau dokter bedahnya?
Tidak ada kan. Kecantikan hati hanya diri kita yang bisa memolesnya.
Jadi untuk
perempuan-perempuan diluar sana tolong berhentilah meratapi keadaan fisik yang
memang dirasa ‘kurang sempurna’. Berhenti membandingkan diri kita dengan diri
orang lain. Belajarlah bersyukur, belajarlah menerima diri kita apa adanya.
Diimbangi dengan selalu berusaha menjadi perempuan yang lebih baik lagi. Jangan
terlalu memikirkan anggapan atau penilaian orang terhadap diri kita. Ya memang
sesekali perlu untuk membenahi diri kita, namun kita juga yang harus pandai
memilah dan memilih omongan mana yang bisa membawa kita maju ke depan atau
justru diam ditempat.
Komentar
Posting Komentar